MEA
2015: Tantangan dan Solusinya
Oleh
Ni Putu Eka
Juliantari
Giana Pameka
Diploma IV
Manajemen Kepariwisataan
Semester III
Sekolah
Tinggi Pariwisata Bali Internasional
2014
LATAR BELAKANG
Menjelang
tahun 2015 masyarakat diseluruh Asia Tenggara termasuk Indonesia akan
menghadapi ASEAN Economic Community
(AEC) atau yang lebih dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Indonesia
adalah salah satu negara pelopor ASEAN yang selalu ikut ambil bagian dalam
politik, pertahanan dan keamanan, ekonomi maupun sosial budaya di kawasan Asia
Tenggara. Gagasan ASEAN Economic
Community ini sudah disepakati oleh Indonesia sejak tahun 1997 pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN kedua di Kuala Lumpur, Malaysia. Pada tahun
2020 negara-negara di kawasan ASEAN diharapkan mampu menciptakan kawasan perekonomian
yang stabil, makmur dan memiliki daya saing tinggi yang ditandai dengan arus
lalu lintas barang dan jasa yang lebih mudah, investasi dan lalu lintas modal
yang lebih bebas, pembangungan ekonomi yang lebih merata serta mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi, juga untuk mempercepat liberalisasi
perdagangan dibidang barang dan jasa serta meningkatkan pergerakan tenaga
profesional secara bebas di kawasan ASEAN.
Terbentuknya
ASEAN Economy Community semakin di
depan mata dengan ditandatanganinya “Cebu
Declaration on The Acceleration of The Establishment of an ASEAN Community by
2015” oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, pada
tanggal 13 Januari 2007. Para pemimpin ASEAN juga sepakat dengan dipercepatnya
pembentukan ASEAN Economic Community
(AEC) dari tahun 2020 menjadi tahun 2015
Keputusan
untuk mempercepat pembentukan AEC menjadi 2015 ditetapkan dalam rangka memperkuat
daya saing ASEAN dalam menghadapai kompetisi global dengan India dan China, mengantisipasi
potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10%-20% untuk barang konsumsi sebagai dampak
integrasi ekonomi, dan meningkatkan kemampuan kawasan dalam implementasi
standar dan praktik internasional.
Namun
dibalik cita-cita mulia dari ASEAN
Economic Community tersebut, bangsa Indonesia memiliki kekhawatiran
tersendiri. Tantangan terbesar masyarakat Indonesia adalah dalam penguasaan
bahasa Inggris yang masih jauh bila dibandingkan Singapore yang telah terbiasa
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional. Selain itu banyaknya
masyarakat Indonesia yang belum memahami apa itu AEC menjadi tantangan
tersendiri untuk pemerintah. Untuk itu, dalam penelitian ini akan dijelaskan
mengenai apa saja tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam
rangka menyambut AEC 2015 serta solusinya.
PEMBAHASAN
I.
Karakteristik Indonesia
Indonesia terletak di antara 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara Lautan
Pasifik dan Lautan
Hindia, antara benua Asia dan benua Australia, serta pada pertemuan dua rangkaian pergunungan, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterranean. Letak astronomi yang demikian, menunjukkan
bahwa Indonesia terletak di daerah iklim tropis. Daerah iklim tropis terdapat
di antara 23.5º LU atau Garisan Sartan, dan 23.5º LS atau Garisan Jadi. Hal ini
mengakibatkan suhu di Indonesia cukup tinggi (antara 26º C - 28º C), curah
hujan cukup banyak (antara 700mm – 7000mm per tahun), terdapat hujan zenital
(hujan naik khatulistiwa), proses pelapukan batu-batuan cukup cepat serta terdapat
berbagai jenis spesies hewan dan tumbuhan. Letaknya yang strategis ini juga
semakin membuat Indonesia menarik untuk dijadikan sebagai lahan perekonomian
potensial bagi pangsa pasar global, apalagi didukung dengan karakteristik
masyarakat Indonesia yang konsumtif.
Ditinjau
dari demografi Indonesia, tingkat pertumbuhan penduduk setiap tahun meningkat
(Data Statistik Indonesia; 1971-2005). Tetapi jika dilihat dari sisi
demografi sumber daya manusianya, Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN ini sebenarnya merupakan salah satu negara yang produktif. Jika dilihat
dari faktor usia, sebagian besar penduduk Indonesia atau sekitar 70%-nya
merupakan usia produktif. Jika kita lihat pada sisi ketenagakerjaan Indonesia
memiliki 119,4 juta tenaga kerja (data BPS, tahun 2011), namun apakah sekarang
ini seluruh lapisan masyarakat Indonesia siap bersaing dengan tenaga kerja yang
berjumlah sekitar 119,4 juta tersebut?
Table 1.1
Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia
terus Meningkat
Provinsi
|
Laju
Pertumbuhan Penduduk per Tahun
|
|||
1971-1980
|
1980-1990
|
1990-2000
|
2000-2010
|
|
Aceh
|
2,93
|
2,72
|
1,46
|
2,36
|
Sumatera
Utara
|
2,60
|
2,06
|
1,32
|
1,10
|
Sumatera
Barat
|
2,21
|
1,62
|
0,63
|
1,34
|
Riau
|
3,11
|
4,30
|
4,35
|
3,58
|
Jambi
|
4,07
|
3,40
|
1,84
|
2,56
|
Sumatera
Selatan
|
3,32
|
3,15
|
2,39
|
1,85
|
Bengkulu
|
4,39
|
4,38
|
2,97
|
1,67
|
Lampung
|
5,77
|
2,67
|
1,17
|
1,24
|
Kepulauan
Bangka Belitung
|
-
|
-
|
0,97
|
3,14
|
Kepulauan
Riau
|
-
|
-
|
-
|
4,95
|
DKI
Jakarta
|
3,93
|
2,42
|
0,17
|
1,41
|
Jawa
Barat
|
2,66
|
2,57
|
2,03
|
1,90
|
Jawa
Tengah
|
1,64
|
1,18
|
0,94
|
0,37
|
DI
Yogyakarta
|
1,10
|
0,57
|
0,72
|
1,04
|
Jawa
Timur
|
1,49
|
1,08
|
0,70
|
0,76
|
Banten
|
-
|
-
|
3,21
|
2,78
|
Bali
|
1,69
|
1,18
|
1,31
|
2,15
|
Nusa
Tenggara Barat
|
2,36
|
2,15
|
1,82
|
1,17
|
Nusa
Tenggara Timur
|
1,95
|
1,79
|
1,64
|
2,07
|
Kalimantan
Barat
|
2,31
|
2,65
|
2,29
|
0,91
|
Kalimantan
Tengah
|
3,43
|
3,88
|
2,99
|
1,79
|
Kalimantan
Selatan
|
2,16
|
2,32
|
1,45
|
1,99
|
Kalimantan
Timur
|
5,73
|
4,42
|
2,81
|
3,81
|
Sulawesi
Utara
|
2,31
|
1,60
|
1,33
|
1,28
|
Sulawesi
Tengah
|
3,86
|
2,87
|
2,57
|
1,95
|
Sulawesi
Selatan
|
1,74
|
1,42
|
1,49
|
1,17
|
Sulawesi
Tenggara
|
3,09
|
3,66
|
3,15
|
2,08
|
Gorontalo
|
-
|
-
|
1,59
|
2,26
|
Sulawesi
Barat
|
-
|
-
|
-
|
2,68
|
Maluku
|
2,88
|
2,79
|
0,08
|
2,80
|
Maluku
Utara
|
-
|
-
|
0,48
|
2,47
|
Papua
Barat
|
-
|
-
|
-
|
3,71
|
Papua
|
2,67
|
3,46
|
3,22
|
5,39
|
INDONESIA
|
2,31
|
1,98
|
1,49
|
1,49
|
Sumber: Sensus Penduduk 1971, 1980 ,
1990 , 2000 , 2010 dan Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
Tabel 1.2
Jumlah Pengangguran Usia Produktif
di Indonesia Menurut Jenis Kelamin
Kelompok Umur
|
||||||||||
Perempuan
|
Laki-laki
|
|||||||||
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2012
|
||
15-19
|
28,88
|
28,60
|
30,06
|
26,52
|
26,64
|
27,52
|
28,50
|
26,08
|
26,25
|
|
20-24
|
19,31
|
17,82
|
15,49
|
15,48
|
18,56
|
17,19
|
13,67
|
15,08
|
15,24
|
|
25-29
|
11,12
|
11,21
|
8,37
|
7,77
|
9,35
|
7,79
|
6,79
|
6,97
|
7,26
|
|
30-34
|
6,43
|
6,87
|
5,32
|
5,33
|
4,89
|
3,81
|
3,18
|
3,52
|
4,18
|
|
35-39
|
4,60
|
5,11
|
4,22
|
3,81
|
3,62
|
2,32
|
1,84
|
1,90
|
2,63
|
|
40-44
|
3,60
|
4,00
|
3,65
|
3,04
|
3,12
|
1,90
|
2,01
|
1,88
|
2,32
|
|
45-49
|
3,06
|
3,48
|
2,86
|
2,46
|
3,01
|
1,69
|
1,69
|
2,02
|
2,19
|
|
50-54
|
2,27
|
3,09
|
2,46
|
2,74
|
2,76
|
1,56
|
2,29
|
2,40
|
2,53
|
|
55-59
|
1,88
|
3,90
|
3,03
|
1,15
|
2,85
|
1,67
|
2,50
|
1,80
|
1,55
|
|
60-64
|
0,79
|
5,68
|
4,06
|
0,47
|
0,90
|
1,43
|
3,24
|
0,65
|
0,59
|
|
Jumlah
|
8,47
|
8,74
|
7,62
|
6,77
|
7,51
|
6,15
|
5,90
|
5,75
|
6,14
|
Sumber:
BPS-RI, Sakernas Agustus 2009, Sakernas Agustus 2010, Sakernas Agustus 2011,
dan Sakernas Agustus 2012.
II.
Tantangan dari MEA 2015
Tantangan yang mungkin dihadapi
bangsa Indonesia dalam menghadapi MEA 2015, antara lain:
1. Daya Saing Masyarakat
Indonesia yang
mayoritas penduduknya 60% bekerja di sektor pertanian serta sebagian
lainnya berprofesi sebagai buruh manufaktur membuat Indonesia harus
menghadapi tantangan berat ketika MEA ini diterapkan. Ada beberapa hal penting dalam
penerapan MEA yang perlu dikaji lebih jauh yaitu adanya pasar tenaga kerja
bebas yang mengindentifikasi terjadinya liberalisasi bukan hanya pada bidang
perdagangan namun terjadi juga pada transfer tenaga lintas negara di ASEAN. Hal
ini didukung oleh pemberlakuan sertifikasi atau identitas pekerja ASEAN,
sehingga seluruh orang memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja
di seluruh negara anggota ASEAN.
MEA
merupakan suatu gagasan yang sangat baik dalam mendorong terciptanya regionalism development dikawasan ASEAN.
Namun, beberapa tantangan seperti jumlah lapangan pekerjaan yang ada di
Indonesia hanya akan menaikan angka pengangguran itu sendiri, karena tidak
berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia, khususnya buruh
yang tidak memiliki sertifikasi pendidikan seperti buruh-buruh yang didatangkan
dari China, bahkan Vietnam yang tidak lebih baik tingkat
kesejahteraan pekerjanya dari Indonesia. Akibatnya secara struktural
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang tidak dipersiapkan secara matang
justru akan menjadi tantangan berat bagi pengambil kebijakan maupun bagi tenaga
kerja Indonesia. Pada akhirnya, lowongan tenaga kerja yang tersedia hanyalah
buruh kontrak tanpa kejelasan jenjang karir dan jaminan sosial.
Untuk
itu diperlukan tindakan proaktif dari masyarakat juga pemerintah dalam
meningkatkan kualitas serta profesionalisme masyarakat Indonesia agar menjadi
masyarakat yang berdaya saing tinggi, misalnya melalui kursus bahasa asing atau
ketrampilan khusus tertentu. Masyarakat Indonesia harus optimis dengan segala
sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia, negara Indonesia akan bisa menjadi
negara paling produktif di ASEAN dan bukan lagi menjadi negara konsumtif yang
hanya dijadikan pasar oleh negara-negara ASEAN yang lain.
2. Kualitas Produk dalam Negeri
Tidak
dapat dipungkiri bahwa Indonesia merupakan salah satu negara di ASEAN yang
memiliki hasil produksi terbaik bahkan sudah terkenal hingga ke seluruh dunia.
Hanya saja daya beli masyarakat dalam negeri masih sangat kurang. Masyarakat
Indonesia cenderung lebih percaya diri bila memakai produk dari luar negeri, yang
secara tidak langsung telah merugikan produsen dalam negeri. Berbagai kebijakan
seperti pembebasan pajak ekspor sedikit tidaknya telah membantu para pemilik
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk bangkit dan bersaing dengan produk
internasional. Dengan adanya MEA ini diharapkan persaingan produk-produk
Indonesia akan lebih mudah untuk dipasarkan khusunya di negara-negara ASEAN.
Sertifikasi dan persamaan standar dengan produk-produk ASEAN lainnya niscaya
juga akan mempermudah produk dalam negeri untuk bersaing di kancah
internasional.
3. Pemerintah Sebagai Pengambil Keputusan
Dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
akan mendorong banyaknya investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Seperti yang diketahui Indonesia merupakan lahan investasi yang paling
potensial di Asia Tenggara dan disusul oleh Singapore di urutan kedua.
Berdasarkan data World Economic Forum, Indonesia masih menjadi negara yang
diminati investor asing untuk berinvestasi namun, Singapura selalu berada di
posisi kedua, dari data 2010 dan 2011, porsi investasi asing yang masuk ke
Indonesia tahun 2010 dan 2011 adalah 15,2% dan 16,3% sedangkan porsi investasi
asing yang masuk ke Singapura tahun 2010 dan 2011 adalah 10,1% dan 7,01%.
Meskipun demikian pemerintah Indonesia
tidak boleh begitu saja menerima setiap bentuk investasi dari negara lain,
harus diperhitungkan dampak jangka panjangnya agar tidak merugikan bangsa dan
negara itu sendiri. Kebebasan menanamkan modal juga harus bisa dinikmati oleh
masyarakat Indonesia, akan lebih baik kalau Indonesia bisa menguasai pasar
modal ASEAN apalagi bila dilihat belakangan ini tingkat perekonomian Indonesia
relatif stabil. Hal tersebut hanya akan terwujud dengan pemerintahan yang
proaktif dalam mendukung gerakan pro-job
dan pro-poor untuk kesejahteraan
bersama.
III.
Solusi
dari Semua Tantangan MEA 2015
Beberapa solusi yang dapat dikemukakan
untuk mensiasati semua tatangan dari dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2015, antara lain:
1. Membuat Standar
Ketenagakerjaan
Sebagai salah satu stakeholder dalam ketatanegaraan, pemerintah memegang peran penting
dalam menentukan setiap kebijakan demi kemajuan bangsa dan negaranya.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memang akan membuka peluang sebesar-besarnya
bagi negara lain di kawasan ASEAN untuk mengeksplorasi negara Indonesia, namun
kesempatan yang sama juga dimiliki bangsa Indonesia. Maka dari itu, peran serta
pemerintah utamanya dalam memberikan dukungan dalam hal permodalan dan
pendidikan juga sangat penting. Bebas juga bukan berarti tanpa syarat,
pemerintah juga harus membuat proteksi untuk melindungi masyarakatnya, jangan
sampai masyarakat Indonesia justru menjadi “penonton” di ngaranya sendiri.
Salah satu cara untuk memproteksi
kemungkinan tersebut adalah dengan membuat sebuah standar ketenagakerjaan bagi
warga negara asing. Masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan Test of English as a Foreign Language (TOEFL) yaitu test bahasa
Inggris sebagai bahasa asing bagi warga negara lain yang ingin melanjutkan
pendidikan ataupun berkerja di luar negeri khususnya Eropa, Australia atau
Amerika. Bila pemerintah mmenerapkan standar yang serupa untuk warga negara asing
yang hendak berkerja di Indonesia, tentu akan mempermudah komunikasi dengan
masyarakat umum selain untuk proteksi diri. Persamaan standar ketenagakerjaan
di kawasan ASEAN juga perlu dipikirkan agar masyarakat bisa benar-benar
menikmati kemudahan dari dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN ini, bukan malah
merasa terbebani.
2. Mendorong Semangat
Berwirausaha
Yang tidak kalah menarik sekaligus
sangat efektif dan efisien adalah dengan menumbuhkembangkan jiwa wirausahawan
para generasi muda Indonesia. Dengan berwirausaha, masyarakat indoonesia tidak
perlu takut lagi akan kalah saing dengan masyarakat ASEAN lainnya, yang
terpenting bagaimana untuk selalu mengupayakan produk yang berkualitas, kreatif
dan inovatif.
Dengan pangsa pasar yang lebih luas
(ASEAN) tentu akan menjadi motivasi dan peluang tersendiri. Prosedur bea dan
cukai yang lebih sederhana juga merupakan kesempatan emas bagi
pengusaha-pengusaha muda Indonesia yang ingin mencoba pasar global. Bukan tidak
mungkin Indonesia kedepannya akan mengalahkan produk China yang selama ini
telah merajai pasar dalam negeri.
3. Meningkatkan Geliat
Pariwisata
Salah satu kegiatan ekonomi yang
multidimensi dan multisektoral adalah pariwisata. Indonesia merupakan Negara
yang kaya dengan potensi wisata, baik itu potensi wisata alam, wisata budaya
maupun wisata buatan manusia. Indonesia dianugrahi pemandangan alam yang cantik
dari Sabang sampai Merauke, bahkan dua dari keajaiban dunia ada di Indonesia.
Budaya hospitality yang kental juga
menjadi daya tarik yang ampuh untuk menarik minat wisatawan. Tinggal bagaimana
merubah citra daerah-daerah terpencil di Indonesia bukan lagi sebagai daerah
tertinggal tetapi daerah wisata minat khusus yang layak untuk dikunjungi.
Tren wisatawan yang semakin berubah
membuat wisata ke tempat-tempat ekstrim dan menantang (adventure) menjadi booming.
Beberapa ahli juga mengatakan bahwa industri pariwisata merupakan industri yang
tidak akan pernah mati. Selama manusia masih ingin bersenang-senang, selama
rutinitas keseharian melahirkan kebosanan maka disanalah “nafas” pariwisata
akan terus berhembus dan peluang Indonesia di sektor pariwisata sangat amat
besar.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Diberlakukannya
ASEAN Economic Community (AEC) atau yang lebih dikenal sebagai Masyarakat
Ekonomi ASEAN akan meberikan dampak yang sangat luas bagi bangsa Indonesia baik
dari sisi negative juga positifnya. Beberpa tantangan seperti persaingan dengan
tenaga kerja asing, tenggelamnya produk dalam negeri, serta kemungkinan
investasi yang tidak terkendali.
Namun
masyarakat Indonesia tidak perlu pesimis dengan hal tersebut, karena sebenarnya
Indonesia memiliki kualitas yang patut untuk diwaspadai oleh negara-negara
lainnya di kawasan ASEAN. Kekuatan utama Indonesia ada di hasil alam serta
pariwisatanya, yang kemudian didukung oleh semangat berwirausaha dan proteksi
dari pemerintah. Sebagai sector multidimensi, pariwisata Indonesia diharapkan
dapat memenangkan persaiangan global sehingga dapat menggerakkan sektor-sektor
lain seperti pertanian, perikanan, dan perdagangan.
5.2
Saran
Saran yang dapat
disampaikan terkait uraian diatas yaitu:
1. Masyarakat Indonesia seharusnya meningkatkan kemampuan
berbahasa asing, khusunya bahasa Inggris dalam rangka antisipasi masuknya
tenaga kerja asing ke Indonesia.
2. Masyarakat Indonesia sebaiknya meningkatkan keahlian
khusus dibidang tertentu untuk meningkatkan kualitas mereka sebagai tenaga
kerja yang professional melalui kursus atau pelatihan-pelatihan.
3. Pemerintah harus membuat standarisasi yang jelas
terkait ketenagakerjaan yang melibatkan masyarakat ekonomi ASEAN, seperti
melalui sertifikasi.
4. Pemerintah harus memberi perhatian khusus pada
wirausahawan muda Indonesia untuk mengembangkan usaha dan produknya.
5.
Seluruh lapisan
masyarakat Indonesia tidak perlu pesimis dengan dibukanya MEA 2015. Indonesia
punya peluang besar untuk unggul dibandingkan negara-negara ASEAN yang lain,
diantaranya dari kualitas sumber daya manusianya yang dapat dikategorikan
pekerja keras, kekayaan alam yang melimpah, budaya dan hospitality yang
merupakan warisan nenek moyang serta kondisi geografis yang strategis sebagai
pusat lalu listas perdagangan dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar