Senin, 22 Desember 2014

Gak Enak Tau, Kuliah Jurusan Pariwisata itu.

Mahasiswa. Sumber : www.novaldyblog.com
Mahasiswa. Sumber : www.novaldyblog.com

Kamu ngeluh kuliah di Ekonomi? Di Sastra? MIPA? TI? Manajemen? Bahasa? Kita anak pariwisata super duper dobel jauh lebih gak enaknya, kenapa?
  1. Bikin bingung.
Bingung. Sumber : thesnapper.com
Bingung. Sumber : thesnapper.com

Bingung. Ini jurusan apa sih? Apalagi di setiap kampus beda-beda namanya, di FIB UGM, jurusan Kepariwisataan, di STP Ambarrukmo, SI Hospitality, ada yang menyebutnya manajemen pariwisata, bisnis pariwisata, pariwisata, tour and travel, perhotelan, atau apalagilah yang ada di luar sana. Beda ama Arsitek, mau dari sabang sampai merauke juga sama, ekonomi juga, dokter juga ya tetep dokter, gak beda beda, nah pariwisata? berjuta nama membingungkan, Itu hanya beberapa nama yang terlihat baik, setidaknya untuk kampus yang melahirkannya, intinya ya sama aja koq, jurusan yang mempelajari tentang perilaku manusia yang melakukan perjanan wisata dan apa imbas yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Masih tetep bingung? Ya inilah nggak enaknya kuliah jurusan pariwisata, bikin bingung!
  1. Mau jadi apa besok?
Mahasiswa bahagia. Sumber : storiesofbhonks.blogspot.com
Mahasiswa bahagia. Sumber : storiesofbhonks.blogspot.com

Apa ya? Karena poin pertamanya adalah bikin bingung, jadi kalau ditanya mau jadi apa besok, ya bingung. Guru, bisa, dosen, bisa, di hotel juga bisa, restoran sanggup, di PNS bisa juga, lah yang bener dimana sih? Bahkan mahasiswa pariwisata ada beberapa yang masih bingung pas ditanya mau jadi apa, bahkan ketika susah luluspun begitu. Gak enak kan tak diberi kepastian gini?
  1. Koq bisa kerja disini?
Mahasiswa STPBI Denpasar

Ketika sudah kerjapun kadang masih bingung, koq bisa kerja di sini sih? Aku kan Amd. Par, atau S.Par, koq bisa kerja di operator seluler, di perusahaan perbankan? Restoran? Percetakan? Apa yang salah denganku? Kalau anak jurusan lain kan jelas, arsitek, ya jadi arsitektur, dokter ya jadi dokter, PR jadi humas, Advertising ya di agency periklanan, lah anak pariwisata? Dimana? dimana?
  1. Belajarnya apaan sih?
Mahasiswa Pariwisata. Sumber : susantoharyadi.blog.com
Mahasiswa Pariwisata. Sumber : susantoharyadi.blog.com

Banyak. Sampai yang gak kepikiranpun dipelajari, makanya ini buat bingung. Manajemen, bisa jadi, Budaya, ia juga, psikologi, dikit dikit juga ada, marketing juga ada, belajar apa sih sebenernya? Heran deh. Terjebak.
  1. Gak keren kalau ketemu temen.
Mahasiswa. Sumber : www.matoa.info
Mahasiswa. Sumber : www.matoa.info
“eh bro, kuliah dimana sekarang? Jurusan apa?”
Mau jawab, tapi takut temen temen gak paham, Pariwisata apaan bro? jurusan mereka kan ada yang manajemen bisnis, public relation, psikologi, tehnik sipil, tehnik informatika, lah gue, pa-ri-wi-sa-ta, sungguh gak jelas, orang jalan jalan koq dipelajari. Aneh.
  1. Gak keren di depan calon mertua.
Mahasiswa UGM. Sumber : bemkmfaugm.wordpress.com
Mahasiswa UGM. Sumber : bemkmfaugm.wordpress.com

Nah, ini nih yang biasanya paling gak enak, ketika berandang ke rumah pacar, kemudian dari singgahsananya si calon mertua nanya.
“kuliah ambil jurusan apa dek? Dah semester berapa?”
Kemudian dijawablah ambil jurusan pariwisata om, semester akhir. Sudah kebaca raut muka om camer, nyipit, muka keras, gak beraturan. Mau jadi apa anakku kalau dengan anak pariwisata? Kuliah gak jelas, prospeknya kedepannya, ambigu.

Sumber Artikel:  http://bersabda.com/gak-enak-tau-kuliah-jurusan-pariwisata-itu/  (dengan perubahan)

Rabu, 03 Desember 2014

Tanggapan dari Artikel “AS PASAR POTENSIAL WISATA KONVENSI” - Task


Ringkasan Artikel:

Berdasarkan analisis pasar, tiap tahunnya perusahaan-perusahaan di AS membelanjakan milyaran dolar AS untuk wisata konvensi bagi distributor, agen dan karyawannya.

Turis AS sangat peduli dengan kelestarian lingkungan hidup sehingga berbagai produk pariwisata dengan konsep eco friendly menjadi pilihan utama mereka. Promosi-promosi yang berlabel ramah lingkungan tentunya akan sangat efektif di pasar AS.

Untuk dapat menangkap pasar wisata konvensi dari wisatawan AS, perlu dilakukan pendekatan kepada Singapura (Singapore Airlines dan Singapore Tourism Board) dalam rangka merencanakan paket twin market antara Singapura dan Bali untuk paket MICE bagi AS.

Order-order MICE sangat ditentukan oleh pendekatan personal khususnya dengan agen MICE tertentu. Tak ketinggalan melakukan sales call ke pemerintah serta fleksibilitas dalam mengakomodasi permintaan organizer.

Selain itu, dari segi revenue grup MICE sangat tinggi, spending money wisatawan MICE 10 kali lebih besar daripada wisatawan biasa, karena wisatawan MICE dipastikan akan memakai kamar, menikmati kuliner dan ruang meeting. 

Banyaknya wisatawan mancanegara yang memilih Bali sebagai wisata MICE juga tidak terlepas dari keramahtamahan masyarakat dan lingkungan yang aman serta nyaman.

Tanggapan:

Menurut saya, artikel tersebut sangat menarik. Peluang untuk dilakukannya pendekatan kerjasama bilateral Indonesia (bukan hanya Bali) dengan Singapura dalam bidang wisata MICE sangat besar. Kerjasama ini juga akan lebih mudah terealisasi pada tahun 2015 mendatang dengan dibukanya ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan bergabungnya negara-negara di ASEAN dalam ASEAN Economic Community (AEC). Ini dapat dikatakan sebagai kerjasama mutualisme, karena Singapura bisa menyediakan tempat konvensi yang berkelas dunia dengan konsep eco friendly yang disukai participants asal AS dan Bali bisa menyediakan hiburan bagi participants AS yang jenuh dengan suasana dinas/rapat dengan menyuguhkan seni, budaya, serta keindahan alam dan keramahtamahan yang sudah mendunia.


Masyarakat Bali yang kental dengan Budaya Tradisional

Keceriaan dan keramahtamahan masyarakat Bali yang selalu terpancar dari senyum mereka

Keindahan alam Bali memberikan ketenangan dan kedamaian yang disebut Surga (Island of Paradise)

Garden by The Bay merupakan bangunan yang berkonsep Eco-building di Singapura

Garden by The Bay di malam hari memberikan kesan tersendiri bagi para penikmat seni dan keindahan alam yang bersatu dalam modernitas


 

Senin, 17 November 2014

Tourism Indonesia Mart & Expo (TIME) - Task



This year, Indonesia’s annual Tourism Indonesia Mart & Expo (TIME) will be hosted in Bandar Lampung. This premier tourism event will be held from 12 to 14 October at the Novotel Hotel in Lampung, hosting more than 120 buyers from 22 different countries. Entering its 17th year, TIME is organized by the Indonesian Tourism Promotion Board and is supported by the expansive tourism elements from all over Indonesia. “TIME is the only international travel mart in Indonesia with a business to business concept. The event is a meeting place for those who sell tourism products and services in Indonesia to international market, and has been listed in the calendar of international travel mart together with ITB Berlin, WTM London, Arabian Travel Mart, PATA Travel Mart and so on,” shared Meity Robot, the Chairperson and Steering Committee of TIME.

Physical Facilities and Equipments that we needs:
1.     Stand/Booths (3x3 meters)
2.     Tables (Round table and Square table)
3.     Chairs/ Sofa (for VIP)
4.     Audio Visual Equipment (LCD projectors, Screen, Sound systems, Microphone, Podium,
      Camera/Video Camera, Lighting, Internet Connection, etc.)
5.     Stage/ Platform
6.     Bulletin Board
7.     Carpet/ Red Carpet
8.     Rubbish Bin
9.     Smoking area
10. Rest room
11. Air Conditioner/ Cooling Fan
12. Flat Screen Television
13. Decoration (Mini garden, Lamps, etc)
14. Electricity Generator
15. Publication Media (Banner, Brochure, Catalogue, Invitation, etc.)
16. Nationality Identity (Flags, Name badges, etc.)
17. Shuttle (Transportation)
18. Accommodation
19. Fire Fighter Facilities
20. Ambulance

Senin, 10 November 2014

Artikel Tentang MEA



MEA 2015: Tantangan dan Solusinya




Oleh
Ni Putu Eka Juliantari
Giana Pameka
Diploma IV Manajemen Kepariwisataan
Semester III



Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional
2014
LATAR BELAKANG
Menjelang tahun 2015 masyarakat diseluruh Asia Tenggara termasuk Indonesia akan menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) atau yang lebih dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Indonesia adalah salah satu negara pelopor ASEAN yang selalu ikut ambil bagian dalam politik, pertahanan dan keamanan, ekonomi maupun sosial budaya di kawasan Asia Tenggara. Gagasan ASEAN Economic Community ini sudah disepakati oleh Indonesia sejak tahun 1997 pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN kedua di Kuala Lumpur, Malaysia. Pada tahun 2020 negara-negara di kawasan ASEAN diharapkan mampu menciptakan kawasan perekonomian yang stabil, makmur dan memiliki daya saing tinggi yang ditandai dengan arus lalu lintas barang dan jasa yang lebih mudah, investasi dan lalu lintas modal yang lebih bebas, pembangungan ekonomi yang lebih merata serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi, juga untuk mempercepat liberalisasi perdagangan dibidang barang dan jasa serta meningkatkan pergerakan tenaga profesional secara bebas di kawasan ASEAN. 
Terbentuknya ASEAN Economy Community semakin di depan mata dengan ditandatanganinya “Cebu Declaration on The Acceleration of The Establishment of an ASEAN Community by 2015” oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, pada tanggal 13 Januari 2007. Para pemimpin ASEAN juga sepakat dengan dipercepatnya pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) dari tahun 2020 menjadi tahun 2015
Keputusan untuk mempercepat pembentukan AEC menjadi 2015 ditetapkan dalam rangka memperkuat daya saing ASEAN dalam menghadapai kompetisi global dengan India dan China, mengantisipasi potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10%-20%  untuk barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi, dan meningkatkan kemampuan kawasan dalam implementasi standar dan praktik internasional.
Namun dibalik cita-cita mulia dari ASEAN Economic Community tersebut, bangsa Indonesia memiliki kekhawatiran tersendiri. Tantangan terbesar masyarakat Indonesia adalah dalam penguasaan bahasa Inggris yang masih jauh bila dibandingkan Singapore yang telah terbiasa menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional. Selain itu banyaknya masyarakat Indonesia yang belum memahami apa itu AEC menjadi tantangan tersendiri untuk pemerintah. Untuk itu, dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai apa saja tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam rangka menyambut AEC 2015 serta solusinya.


PEMBAHASAN
I.       Karakteristik Indonesia
Indonesia terletak di antara 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, antara benua Asia dan benua Australia, serta pada pertemuan dua rangkaian pergunungan, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterranean. Letak astronomi yang demikian, menunjukkan bahwa Indonesia terletak di daerah iklim tropis. Daerah iklim tropis terdapat di antara 23.5º LU atau Garisan Sartan, dan 23.5º LS atau Garisan Jadi. Hal ini mengakibatkan suhu di Indonesia cukup tinggi (antara 26º C - 28º C), curah hujan cukup banyak (antara 700mm – 7000mm per tahun), terdapat hujan zenital (hujan naik khatulistiwa), proses pelapukan batu-batuan cukup cepat serta terdapat berbagai jenis spesies hewan dan tumbuhan. Letaknya yang strategis ini juga semakin membuat Indonesia menarik untuk dijadikan sebagai lahan perekonomian potensial bagi pangsa pasar global, apalagi didukung dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang konsumtif.
Ditinjau dari demografi Indonesia, tingkat pertumbuhan penduduk setiap tahun meningkat (Data Statistik Indonesia;  1971-2005). Tetapi jika dilihat dari sisi demografi sumber daya manusianya, Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ini sebenarnya merupakan salah satu negara yang produktif. Jika dilihat dari faktor usia, sebagian besar penduduk Indonesia atau sekitar 70%-nya merupakan usia produktif. Jika kita lihat pada sisi ketenagakerjaan Indonesia memiliki 119,4 juta tenaga kerja (data BPS, tahun 2011), namun apakah sekarang ini seluruh lapisan masyarakat Indonesia siap bersaing dengan tenaga kerja yang berjumlah sekitar 119,4 juta tersebut?
Table 1.1
Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia terus Meningkat
Provinsi
Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun
1971-1980
1980-1990
1990-2000
2000-2010
Aceh
2,93
2,72
1,46
2,36
Sumatera Utara
2,60
2,06
1,32
1,10
Sumatera Barat
2,21
1,62
0,63
1,34
Riau
3,11
4,30
4,35
3,58
Jambi
4,07
3,40
1,84
2,56
Sumatera Selatan
3,32
3,15
2,39
1,85
Bengkulu
4,39
4,38
2,97
1,67
Lampung
5,77
2,67
1,17
1,24
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
0,97
3,14
Kepulauan Riau
-
-
-
4,95
DKI Jakarta
3,93
2,42
0,17
1,41
Jawa Barat
2,66
2,57
2,03
1,90
Jawa Tengah
1,64
1,18
0,94
0,37
DI Yogyakarta
1,10
0,57
0,72
1,04
Jawa Timur
1,49
1,08
0,70
0,76
Banten
-
-
3,21
2,78
Bali
1,69
1,18
1,31
2,15
Nusa Tenggara Barat
2,36
2,15
1,82
1,17
Nusa Tenggara Timur
1,95
1,79
1,64
2,07
Kalimantan Barat
2,31
2,65
2,29
0,91
Kalimantan Tengah
3,43
3,88
2,99
1,79
Kalimantan Selatan
2,16
2,32
1,45
1,99
Kalimantan Timur
5,73
4,42
2,81
3,81
Sulawesi Utara
2,31
1,60
1,33
1,28
Sulawesi Tengah
3,86
2,87
2,57
1,95
Sulawesi Selatan
1,74
1,42
1,49
1,17
Sulawesi Tenggara
3,09
3,66
3,15
2,08
Gorontalo
-
-
1,59
2,26
Sulawesi Barat
-
-
-
2,68
Maluku
2,88
2,79
0,08
2,80
Maluku Utara
-
-
0,48
2,47
Papua Barat
-
-
-
3,71
Papua
2,67
3,46
3,22
5,39
INDONESIA
2,31
1,98
1,49
1,49
Sumber: Sensus Penduduk 1971, 1980 , 1990 , 2000 , 2010 dan Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
Tabel 1.2
Jumlah Pengangguran Usia Produktif di Indonesia Menurut Jenis Kelamin
Kelompok Umur


Perempuan
Laki-laki

2009
2010
2011
2012
2009
2010
2011
2012
2012

15-19
28,88
28,60
30,06
26,52
26,64
27,52
28,50
26,08
26,25

20-24
19,31
17,82
15,49
15,48
18,56
17,19
13,67
15,08
15,24

25-29
11,12
11,21
8,37
7,77
9,35
7,79
6,79
6,97
7,26

30-34
6,43
6,87
5,32
5,33
4,89
3,81
3,18
3,52
4,18

35-39
4,60
5,11
4,22
3,81
3,62
2,32
1,84
1,90
2,63

40-44
3,60
4,00
3,65
3,04
3,12
1,90
2,01
1,88
2,32

45-49
3,06
3,48
2,86
2,46
3,01
1,69
1,69
2,02
2,19

50-54
2,27
3,09
2,46
2,74
2,76
1,56
2,29
2,40
2,53

55-59
1,88
3,90
3,03
1,15
2,85
1,67
2,50
1,80
1,55

60-64
0,79
5,68
4,06
0,47
0,90
1,43
3,24
0,65
0,59

Jumlah
8,47
8,74
7,62
6,77
7,51
6,15
5,90
5,75
6,14

Sumber: BPS-RI, Sakernas Agustus 2009, Sakernas Agustus 2010, Sakernas Agustus 2011, dan Sakernas Agustus 2012.

II.    Tantangan dari MEA 2015
Tantangan yang mungkin dihadapi bangsa Indonesia dalam menghadapi MEA 2015, antara lain:
1. Daya Saing Masyarakat
Indonesia yang mayoritas penduduknya 60% bekerja di sektor pertanian serta sebagian lainnya berprofesi sebagai buruh manufaktur membuat Indonesia harus menghadapi tantangan berat ketika MEA ini diterapkan. Ada beberapa hal penting dalam penerapan MEA yang perlu dikaji lebih jauh yaitu adanya pasar tenaga kerja bebas yang mengindentifikasi terjadinya liberalisasi bukan hanya pada bidang perdagangan namun terjadi juga pada transfer tenaga lintas negara di ASEAN. Hal ini didukung oleh pemberlakuan sertifikasi atau identitas pekerja ASEAN, sehingga seluruh orang memiliki kesempatan yang sama untuk  bekerja di seluruh negara anggota ASEAN.
MEA merupakan suatu gagasan yang sangat baik dalam mendorong terciptanya regionalism development dikawasan ASEAN. Namun, beberapa tantangan seperti jumlah lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia hanya akan menaikan angka pengangguran itu sendiri, karena tidak berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia, khususnya buruh yang tidak memiliki sertifikasi pendidikan seperti buruh-buruh yang didatangkan dari China, bahkan Vietnam yang tidak lebih baik tingkat kesejahteraan pekerjanya dari Indonesia. Akibatnya secara struktural Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang tidak dipersiapkan secara matang justru akan menjadi tantangan berat bagi pengambil kebijakan maupun bagi tenaga kerja Indonesia. Pada akhirnya, lowongan tenaga kerja yang tersedia hanyalah buruh kontrak tanpa kejelasan jenjang karir dan jaminan sosial.
Untuk itu diperlukan tindakan proaktif dari masyarakat juga pemerintah dalam meningkatkan kualitas serta profesionalisme masyarakat Indonesia agar menjadi masyarakat yang berdaya saing tinggi, misalnya melalui kursus bahasa asing atau ketrampilan khusus tertentu. Masyarakat Indonesia harus optimis dengan segala sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia, negara Indonesia akan bisa menjadi negara paling produktif di ASEAN dan bukan lagi menjadi negara konsumtif yang hanya dijadikan pasar oleh negara-negara ASEAN yang lain.
2. Kualitas Produk dalam Negeri
Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia merupakan salah satu negara di ASEAN yang memiliki hasil produksi terbaik bahkan sudah terkenal hingga ke seluruh dunia. Hanya saja daya beli masyarakat dalam negeri masih sangat kurang. Masyarakat Indonesia cenderung lebih percaya diri bila memakai produk dari luar negeri, yang secara tidak langsung telah merugikan produsen dalam negeri. Berbagai kebijakan seperti pembebasan pajak ekspor sedikit tidaknya telah membantu para pemilik Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk bangkit dan bersaing dengan produk internasional. Dengan adanya MEA ini diharapkan persaingan produk-produk Indonesia akan lebih mudah untuk dipasarkan khusunya di negara-negara ASEAN. Sertifikasi dan persamaan standar dengan produk-produk ASEAN lainnya niscaya juga akan mempermudah produk dalam negeri untuk bersaing di kancah internasional.
3. Pemerintah Sebagai Pengambil Keputusan
Dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mendorong banyaknya investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Seperti yang diketahui Indonesia merupakan lahan investasi yang paling potensial di Asia Tenggara dan disusul oleh Singapore di urutan kedua. Berdasarkan data World Economic Forum, Indonesia masih menjadi negara yang diminati investor asing untuk berinvestasi namun, Singapura selalu berada di posisi kedua, dari data 2010 dan 2011, porsi investasi asing yang masuk ke Indonesia tahun 2010 dan 2011 adalah 15,2% dan 16,3% sedangkan porsi investasi asing yang masuk ke Singapura tahun 2010 dan 2011 adalah 10,1% dan 7,01%.
Meskipun demikian pemerintah Indonesia tidak boleh begitu saja menerima setiap bentuk investasi dari negara lain, harus diperhitungkan dampak jangka panjangnya agar tidak merugikan bangsa dan negara itu sendiri. Kebebasan menanamkan modal juga harus bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia, akan lebih baik kalau Indonesia bisa menguasai pasar modal ASEAN apalagi bila dilihat belakangan ini tingkat perekonomian Indonesia relatif stabil. Hal tersebut hanya akan terwujud dengan pemerintahan yang proaktif dalam mendukung gerakan pro-job dan pro-poor untuk kesejahteraan bersama.


III. Solusi dari Semua Tantangan MEA 2015
Beberapa solusi yang dapat dikemukakan untuk mensiasati semua tatangan dari dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, antara lain:
1. Membuat Standar Ketenagakerjaan
Sebagai salah satu stakeholder dalam ketatanegaraan, pemerintah memegang peran penting dalam menentukan setiap kebijakan demi kemajuan bangsa dan negaranya. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memang akan membuka peluang sebesar-besarnya bagi negara lain di kawasan ASEAN untuk mengeksplorasi negara Indonesia, namun kesempatan yang sama juga dimiliki bangsa Indonesia. Maka dari itu, peran serta pemerintah utamanya dalam memberikan dukungan dalam hal permodalan dan pendidikan juga sangat penting. Bebas juga bukan berarti tanpa syarat, pemerintah juga harus membuat proteksi untuk melindungi masyarakatnya, jangan sampai masyarakat Indonesia justru menjadi “penonton” di ngaranya sendiri.
Salah satu cara untuk memproteksi kemungkinan tersebut adalah dengan membuat sebuah standar ketenagakerjaan bagi warga negara asing. Masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan Test of English as a Foreign Language (TOEFL) yaitu test bahasa Inggris sebagai bahasa asing bagi warga negara lain yang ingin melanjutkan pendidikan ataupun berkerja di luar negeri khususnya Eropa, Australia atau Amerika. Bila pemerintah mmenerapkan standar yang serupa untuk warga negara asing yang hendak berkerja di Indonesia, tentu akan mempermudah komunikasi dengan masyarakat umum selain untuk proteksi diri. Persamaan standar ketenagakerjaan di kawasan ASEAN juga perlu dipikirkan agar masyarakat bisa benar-benar menikmati kemudahan dari dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN ini, bukan malah merasa terbebani.
2. Mendorong Semangat Berwirausaha
Yang tidak kalah menarik sekaligus sangat efektif dan efisien adalah dengan menumbuhkembangkan jiwa wirausahawan para generasi muda Indonesia. Dengan berwirausaha, masyarakat indoonesia tidak perlu takut lagi akan kalah saing dengan masyarakat ASEAN lainnya, yang terpenting bagaimana untuk selalu mengupayakan produk yang berkualitas, kreatif dan inovatif.
Dengan pangsa pasar yang lebih luas (ASEAN) tentu akan menjadi motivasi dan peluang tersendiri. Prosedur bea dan cukai yang lebih sederhana juga merupakan kesempatan emas bagi pengusaha-pengusaha muda Indonesia yang ingin mencoba pasar global. Bukan tidak mungkin Indonesia kedepannya akan mengalahkan produk China yang selama ini telah merajai pasar dalam negeri.
3. Meningkatkan Geliat Pariwisata
Salah satu kegiatan ekonomi yang multidimensi dan multisektoral adalah pariwisata. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan potensi wisata, baik itu potensi wisata alam, wisata budaya maupun wisata buatan manusia. Indonesia dianugrahi pemandangan alam yang cantik dari Sabang sampai Merauke, bahkan dua dari keajaiban dunia ada di Indonesia. Budaya hospitality yang kental juga menjadi daya tarik yang ampuh untuk menarik minat wisatawan. Tinggal bagaimana merubah citra daerah-daerah terpencil di Indonesia bukan lagi sebagai daerah tertinggal tetapi daerah wisata minat khusus yang layak untuk dikunjungi.
Tren wisatawan yang semakin berubah membuat wisata ke tempat-tempat ekstrim dan menantang (adventure) menjadi booming. Beberapa ahli juga mengatakan bahwa industri pariwisata merupakan industri yang tidak akan pernah mati. Selama manusia masih ingin bersenang-senang, selama rutinitas keseharian melahirkan kebosanan maka disanalah “nafas” pariwisata akan terus berhembus dan peluang Indonesia di sektor pariwisata sangat amat besar.


SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC) atau yang lebih dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN akan meberikan dampak yang sangat luas bagi bangsa Indonesia baik dari sisi negative juga positifnya. Beberpa tantangan seperti persaingan dengan tenaga kerja asing, tenggelamnya produk dalam negeri, serta kemungkinan investasi yang tidak terkendali.
Namun masyarakat Indonesia tidak perlu pesimis dengan hal tersebut, karena sebenarnya Indonesia memiliki kualitas yang patut untuk diwaspadai oleh negara-negara lainnya di kawasan ASEAN. Kekuatan utama Indonesia ada di hasil alam serta pariwisatanya, yang kemudian didukung oleh semangat berwirausaha dan proteksi dari pemerintah. Sebagai sector multidimensi, pariwisata Indonesia diharapkan dapat memenangkan persaiangan global sehingga dapat menggerakkan sektor-sektor lain seperti pertanian, perikanan, dan perdagangan.


5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan terkait uraian diatas yaitu:
1.      Masyarakat Indonesia seharusnya meningkatkan kemampuan berbahasa asing, khusunya bahasa Inggris dalam rangka antisipasi masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia.
2.      Masyarakat Indonesia sebaiknya meningkatkan keahlian khusus dibidang tertentu untuk meningkatkan kualitas mereka sebagai tenaga kerja yang professional melalui kursus atau pelatihan-pelatihan.
3.      Pemerintah harus membuat standarisasi yang jelas terkait ketenagakerjaan yang melibatkan masyarakat ekonomi ASEAN, seperti melalui sertifikasi.
4.      Pemerintah harus memberi perhatian khusus pada wirausahawan muda Indonesia untuk mengembangkan usaha dan produknya.
5.      Seluruh lapisan masyarakat Indonesia tidak perlu pesimis dengan dibukanya MEA 2015. Indonesia punya peluang besar untuk unggul dibandingkan negara-negara ASEAN yang lain, diantaranya dari kualitas sumber daya manusianya yang dapat dikategorikan pekerja keras, kekayaan alam yang melimpah, budaya dan hospitality yang merupakan warisan nenek moyang serta kondisi geografis yang strategis sebagai pusat lalu listas perdagangan dunia.


DAFTAR PUSTAKA