Minggu, 28 September 2014

Ulasan dari Artikel “SOLO CONVENTION AND EXHIBITION CENTER” - Task



Berdasarkan salah satu sumber dari media tabulasi nasional, tahun lalu, Solo menduduki peringkat 8 tujuan wisata nasional dan sekarang telah bergeser ke peringkat 4. selain itu pertumbuhan eknomi kota Solo dalam 5 tahun terakhir rata-rata 5.6% (Bappeda, Tk. II. 2007), dengan tingkat investasi tumbuh rata-rata 18% (BKPMD, 2007), pebisnis dan investor local/asing banyak melakukan kunjungan rata-rata 10/20 kali/orang/tahun (PHRI, APINDO, Surakarta,2007).

Mengamati perkembangan dan potensi Kota Solo dan sekitarnya yang sudah semakin marak, rasanya saat ini adalah saat yang tepat untuk diimplikasikannya suatu wacana dibangunnya sebuah convention centre yang standar internasional. Sekarang banyak sekali diagendakan perhelatan besar yang bertaraf nasional dan juga internasional, yang tentu saja melibatkan banyak sekali peserta. Contohnya World Heritage Cities Conference & Expo (WHCCE), Solo Batik Carnival, Festival Pasar Kumandang, Munas Apeksi, SIEM, Bengawan Solo Fair, Borobudur Travel Mart dan Munas Apeksi. Hal ini akan sangat disayangkan bila tidak didukung dengan fasilitas yang memadai, seperti ruangan yang besar dan nyaman dan perlengkapan audio visual yang memadai. Seperti dikemukakan Menteri Luar Negeri Hasan Wirayuda yang menyebut Solo minim fasilitas MICE, salah satunya ruang pertemuan berstandar internasional. 


Festival Gethek Bengawan Solo

Hal ini bisa disikapi dengan dibangunnya suatu convention and exhibition centre yang besar dan lengkap, seperti halnya Jakarta Convention Centre yang pada tahun 2007 lalu mampu memfasilitasi 441 event dalam satu tahun, dapat dibayangkan berapa besar dampak yang akan kita dapatkan sebagai pelaku bisnis apabila terdapat event dengan jumlah yang sama dengan event tersebut. Gedung pertemuan di kota Solo saat ini hanya berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan resepsi dan pertemuan biasa, sementara pelaku bisnis lebih memilih menyelenggarakan meeting di restoran ataupun hotel. Hal ini disebabkan oleh desakan kebutuhan akomodasi yang serba praktis dan hemat waktu yang tentunya akan membuat gedung pertemuan di kota Solo terkesan kurang populer.

Alasan mengapa di Solo perlu dibangun Convention Center yang berskala Internasional:

Saat ini apabila terdapat event yang melibatkan lebih dari 3.000 orang, pasti akan di tempatkan di Bali atau Jakarta. Padahal bisa dipastikan event semacam ini akan diadakan minimal enam kali dalam satu bulan, baik berskala nasional ataupun internasional. Tentu saja hal ini amat disayangkan, mengingat banyak sekali potensi Kota Solo yang dapat ditampilkan baik dari segi budaya, keahlian ataupun kuliner. Apabila convention centre ini dibangun, tentu akan terwujud pula peningkatan APBD, penurunan angka pengangguran serta kenaikan pendapatan masyarakat Kota Solo. Apabila dapat dilaksanakan setidaknya 10 event dalam setahun dengan GOP sekitar 40% pada setiap event dapat dipastikan dalam empat hingga enam tahun ke depannya biaya investasi akan segera didapatkan kembali. Untuk itu, Pemkot Solo hendaknya dapat merangkul investor handal yang mampu merealisasikan wacana tersebut. Selain dari sektor bisnis dan perdagangan potensi Solo dalam MICE di dukung dengan potensi seni budaya lokal. Di Solo ada dua keraton yang bisa menjadi tujuan turisme lokal dan internasional yang didukung oleh berbagai kesenian tradisional yang masih hidup. Ada berbagai tempat di Solo dan sekitarnya yang dulu menjadi tempat wisata yang bisa dibangun lagi, dan yang terpenting menurut perhitungan bisnis adalah biaya segala aktivitas itu bila diselenggarakan di Solo terhitung murah dibanding jika diselenggarakan di Jakarta atau Bali, dari tarif hotel sampai harga makanan, dari biaya transportasi sampai tiket rekreasi. Munculnya properti-properti baru seperti apartemen, kondotel dan juga hotel berskala internasional seperti Ibis, Solo Paragon, Centerpoint, Kusuma Mulia Tower serta Water World menjadi penanda yang cukup kuat bagi bangkitnya nadi perekonomian di Kota Solo.
 
Pasar Jamu Nguter, salah satu tempat rekreasi unik di Solo

Pasar Triwindu (Windujenar), Surganya barang antik di Solo

Museum Radya Pustaka, Museum tertua di Indonesia


Kekurangan Kota Solo saat ini dan apa saja yang perlu diperbaharui:

Dengan melihat potensi kota, dan keterbatasan fasilitas konvensi yang tersedia di kota Surakarta (Solo), maka diperlukan suatu fasilitas yang mampu mewadahi berbagai kegiatan konvensi dan ekshibisi dengan segala fasilitas pendukungnya yang sangat memadai. Perencanaan bangunan Convention And Exhibition Center di Solo ini diharapkan dapat menjadi landmark kota Solo dengan menampilkan nuansa buya tradisional Solo sebagai citra dan karakter bangunan, dengan fleksibilitas ruang (kapasitas dapat menyesuaikan volume segala event, yang sangat fleksible, sehingga sangat mudah disetting menurut kebutuhan konsumen, dengan begitu harga lebih ekonomis). Wacana adanya Convention and Exhibition Centre yang ideal perlu didukung dengan adanya area yang besar, toilet yang memadai, AC, pencahayaan yang cukup, pasokan listrik dan cadangannya, telepon, kendaraan, fasilitas pemadam kebakaran, cargo dan lift serta eskalator bila diperlukan, pintu darurat, ruang sekretariat, panggung, ruang VIP, kafetaria, toko obat, klinik, dapur dan sebagainya. Perlu didukung juga dengan adanya SDM berkualitas untuk mengelola, baik dari segi marketing, event organizer, security, service attendance hingga kateringnya. Karena perlu adanya kepastian akan kualitas managemen & operasional gedung secara keseluruhan dan juga konsistensi akan misi dari convention centre itu sendiri.

Manfaat bila nantinya ada Convention Center Internasional di Solo:

Dengan dibangunnya convention centre seperti ini, niscaya perkembangan MICE di Kota Solo dengan sendirinya akan menunjukkan perkembangan yang signifikan. Dan tentu dengan berkembangnya MICE tersebut akan mendorong laju perekonomian Solo, dan menciptakan atmosfer budaya baru, yaitu berkembangnya Solo tak hanya melulu menjadi kota budaya dan wisata tapi juga menjadi kota metropolitan. Solo akan menjadi pusat bisnis baru di Jawa Tengah dan menjadi nadi perekonomian di Indonesia. Selain itu melalui bangunan ini dapat menjadi jendela cakrawala budaya Solo bagi para pengunjung. Ini akan menjadi suatu kesempatan besar bagi masyarakat Solo untuk menggarap lahan ini menjadi peluang besar yang sangat profitable bahkan akan menaikkan pamor Kota Solo menjadi kota metropolis.

1 komentar: